Thursday, May 22, 2014

ARTIFICIAL REEF PARK buatan Visual Artis indonesia ....BUATAN ANAK BANGSA

Sekilas tentang Sang VISUAL ARTIS


Lahir di Jakarta, tahun 1950. Tahun 1970, ia berangkat ke Eropa, awalnya karena terdorong ingin menjadi seorang seniman besar. Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, Ia berusaha keras dan sungguh-sungguh, termasuk menjalani beberapa profesi pekerjaan, antara lain menjadi tukang cuci piring di restoran.

Setelah berjalan dua tahun dan sudah mempunyai dana yang cukup ia kemudian bersekolah di Akademi Grafis Lette Schule, Berlin Barat, Jerman Barat (1972). Kemudian melanjutkan ke Jurusan Seni Rupa Murni, Hochschule der Kunste, Berlin Barat, Jerman Barat (1974). Tahun 1988, kembali ke Indonesia dan membuka C-Line Gallery, Jakarta serta Galeri Teguh, Jakarta di tahun 1995.

Sejak tahun 1976, Teguh sangat tertarik dengan persoalan visual wajah. berawal Saat masih kuliah di Fine Art, Hochschule der Kunste, Jerman Barat, ia sering berpergian dengan naik kereta bawah tanah. Ketika duduk di kursi kereta, dia selalu menghadapi banyak wajah tak dikenal, yang kerap terasa begitu asing dan menyimpan misteri. Di saat bersamaan, ia juga kerap mengunjungi museum etnologi yang menggelar topeng atau gambar potret dari suku Maya dan Aztec. Hanya dengan dua-tiga garis saja, topeng itu mampu mengungkapkan ekspresi wajah dengan sangat kuat.

Dari pengalamannya tersebut, Ia akhirnya terdorong untuk bereksperimen dengan visual wajah. Ia mengolah wajah dengan tanah liat, kayu, perunggu, dan belakangan dengan besi. Hasil karya lukisan-lukisannya juga banyak merekam ekspresi wajah yang terpendam di balik sapuan warna-warni cat. ”

Tercatat beberapa kali berpameran di dalam negeri dan luar negeri, antara lain Pameran tunggal Praise”Patung dan panel terakota, Hotel Intercontinental, Manila, Filipina (2003), CompassionChurch of St. Mary of the Angels, Singapura (2005), Look At Me, pameran lukisan dan patung, Galeri Nadi, Jakarta (2005), Kamasutra Femmes” pameran lukisan dan patung, East & West Art Gallery, Melbourne, Australia (2007). 
Pameran bersama antara lain, A Brush with Lions, Sing Art, Singapura (2004), East West Art Collection I, Art Singapore 2006, Singapura (2006), East West Art Collection II, Shanghai Art Fair 2006, Shanghai, China (2006), serta Malihom AIR Program, Galeri ABN AMRO, Penang, Malaysia (2007).

Pria yang sudah tiga kali menikah ini kini tinggal di rumahnya yang asri di Jalan Tridarma, Kampung Pulo, Cilandak Barat, Jakarta Selatan bersama istri ketiganya Mira Tedja beserta dua anak Teguh dari mantan istrinya di Jerman Celine dan Lovis.
Sumber : http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/ostenrik.html

                                 Buah Karya : "Project Taman Terumbu Karang (Artificial Reef)"


Seniman senior Teguh Ostenrik kembali memamerkan karya instalasi bertema Taman Terumbu Karang (ARTificial Reef Park) di pantai Senggigi, Lombok, pada 23 Mei 2014. Proyek instalasi yang diibaratkan sebagai galeri seni bawah laut tersebut dibuat menggunakan bahan baja.

Dalam karya instalasinya kali ini, Teguh tidak hanya menciptakan instalasi setinggi 2 meter, tetapi juga menerapkan proses ilmiah revolusioner, yaitu mengubah mineral dalam air laut menjadi biorock.

Teknologi Biorock merupakan proses deposit elektro mineral yang berlangsung di dalam laut. Proses ini juga dikenal sebagai akresi mineral. Teknologi ini dikembangkan pada 1974 oleh ilmuwan kelautan Wolf H. Hilbertz. Pada 1988, ahli ekologi asal Jerman dan Amerika Serikat, Wolf H. Hilbertz dan Thomas J. Goreau meriset ulang teknologi biorock yang difokuskan pada perkembangbiakan, pemeliharaan, restorasi terumbu karang, dan struktur proteksi pesisir.

Instalasi yang dibuat Teguh ini nantinya akan dihubungkan dengan arus listrik bertegangan rendah yang dihasilkan dari panel surya mengambang. Dengan cara tersebut, mineral dalam air akan terbentuk dan menempel pada karya instalasi.

Ciri khas Teguh yang komprihensif saat mencipta dapat ditemukan dalam karya terbarunya. Selama ini, Teguh dikenal sebagai seniman yang tidak hanya puas pada tataran estetika, tetapi selalu memikirkan efek lain.
Terkait pengerjaan proyek ARTificial Reef Park, dia berkonsultasi dengan Ahli restorasi terumbu karang Gili Eco Trust Delphine Robbe. "Untuk plat besi saya buat lubang yang banyak.Maksudnya agar tidak terlalu menahan arus air dan ombak. Menurut Robbe, setiap getaran sekecil apapun akan menggangu pertumbuhan limestone dan terumbu karang," tutur Teguh.

Seniman yang belum lama ini memamerkan instalasi berjudul Answering My Own Wave di kantor pos Fatahilah Jakarta, menyatakan banyak tantangan yang harus dihadapi saat membuat instalasi Taman Terumbu Karang.

"Jadi agak setengah mati karena banyak sekali daftar yang kira-kira gak boleh. estetika , tetapi tetap memberi kesempatan pada terumbu karang dapat tumbuh," ungkapnya.

Teguh menyatakan instalasi yang dikerjakannya ini tidak lepas dari rasa keprihatiannya atas kerusakan terumbu karang di Tanah Air. "Saya menyelam di terumbu karang ini selama bertahun-tahun. Namun, setelah beberapa tahun tinggal di Eropa, dan saya datang kembali, saya merasa sedih melihat terumbu karang itu sudah tak bernyawa. Proyek ini memungkinkan saya untuk merevitalisasinya melalui seni saya," ujarnya.

Pemasangan instalasi yang dilakukan Teguh ini merupakan bagian dari proses restorasi terumbu karang yang dilakukan oleh Asosiasi Hotel Lombok, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Konsultan Gili Eco Trust Indonesia. Restorasi terumbu Biorock sudah banyak dilakukan di berbagai belahan dunia, mulai dari Kepulauan Karibia, Samudera Hindia, Panama, Papua Nugini, Thailand, hingga ke Indonesia. 
Sumber : http://showbiz.bisnis.com/read/20140518/226/228798/teguh-ostenrik-hidupkan-kembali-terumbu-karang-lombok


Brosur Undangan acara Art - ificial Reef Park LOMBOK

berikut adalah video tehnik pembuatan












Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment